Senin, 02 Januari 2012

MENEMPATKAN DIRI DALAM BINGKAI KEHIDUPAN YANG SEMPIT

Dalam perjalanan hidup ini, saya merasa sangat beruntung karena dapat berkenalan dengan banyak orang, banyak sifat, banyak pendapat dan berbagai macam perbedaan yang kadang kita kesampingkan karena merasa kitalah yang paling benar. Saya yakin tidak semua orang berani mengakui kenyataan itu, bahkan mereka berusaha menutup mata dan telinga erat-erat karena tidak ingin pendiriannya goyah. Lalu bagaimana kita dapat hidup damai dalam keberagaman jika tidak mau mengerti dan selalu meremehkan orang lain? Tiadalah manusia yang sempurna di dunia ini dan tiadalah kebenaran yang hakiki selain kebenaran Allah.
                Ada seorang pekerja keras yang dalam perjalanan hidupnya selalu berhubungan dengan banyak orang di tempat-tempat rawan tetapi beliau sangat dihargai oleh rekan-rekannya karena keluhuran budinya, bukan karena beliau mubaligh, ulama, kyai atau semacamnya. (semoga orang ini mendapat limpahan Rahmat dari Allah). Setelah saya tanyakan apa yang bisa menyebabkan beliau dapat bertahan di tempat seperti itu, ternyata jawabannya sangat sederhana, beliau berkata “hormati yang tua, hargai yang sebaya dan sayangi yang muda. Sungguh saya mengucap syukur akan kebesaran Allah yang telah menciptakan manusia dengan akal budi yang luhur seperti itu. Cerita tersebut sebenarnya memberikan kita pelajaran hidup yang sebenarnya sangat simple tetapi kita sering tidak peduli bahkan pura-pura tidak tau. Fenomena yang ada sekarang adalah orang akan menghormati jika dihormati, orang akan menghargai jika dihargai dan orang akan menyayangi jika disayangi. Mengapa kita umat Islam yang mempunyai ajaran paling mulia tidak berusaha menghormati, menghargai dan menyayangi sesama manusia tanpa mengharapkan timbal balik? Sudah merasa paling benarkah kita di dunia ini dengan hanya mengerti Islam dan merasa Islam? Saya mungkin bukan orang yang tau banyak tentang agama, mungkin juga sangat nista di mata para pembaca sekalian, tetapi saya berusaha mengungkapkan fakta di depan mata yang sering luput dari perhatian.
                Lalu bagaimana kita dapat menempatkan diri dalam bingkai kehidupan yang sempit ini sementara kita sendiri tidak sadar akan posisi kita sekarang. Marilah kita  bersama-sama instropeksi diri tentang pembenaran-pembenaran yang telah kita lakukan tanpa mengindahkan hak-hak orang lain. Sudah sucikah diri kita sehingga kita selalu menganggap salah semua orang yang tidak melakukan hal-hal yang kita anggap benar. Hidup itu indah dan cuma sekali maka manfaatkanlah untuk hal-hal yang berguna, jangan kau buang waktumu untuk mengoreksi orang karena belum tentu orang yang selalu kita koreksi lebih buruk dari kita.
                Mungkin apa yang saya sampaikan terlalu mendramatisir keadaan tapi saya mohon permakluman dari para pembaca sekalian karena saya sama seperti anda manusia yang lemah dan tidak ada apa-apanya. Sekali lagi Kebenaran hanya milik Allah, dan kesalahan yang terjadi adalah karena kebodohan saya dan semoga Allah mengampuni apa-apa yang bisa menjadikan fitnah dalam tulisan ini. 
               

 “HIDUP BUKAN UNTUK MENCARI ARTI HIDUP, TAPI UNTUK MEMBERI ARTI TERHADAP HIDUP ITU SENDIRI”


“SESUNGGUHNYA KEINDAHAN ITU TERLETAK PADA KEBOHONGAN”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar